Conscious Contact

Tangible mind in a quarter.

Category: women

UGH, SINCIA IS THE #&%+*!

So, as you may know, sincia gives such a headache and migren to faced all the questions that coming from our elderly relatives. Yea, yea, you hear.. FYI, It’s been so tough- as tough as hari raya lebaran with all ‘that question’! HAAA!! Yea, you know the ‘when’ question! HAHA.. XD (basically, on sincia.. we were tortured with many-many question, and rewarded an angpao as a gift afterwards.) < HAHA, sesat, jangan percaya. XD

 

Andddddd, this year I’m pretty glad!!

I’m glad ‘cos we have a new family member, I have a nephew! So I use him as a little sweet distraction!! HAHAAAA *win* *evil smirk* *pengalihan issue,yes!* *damn i’m so lame* *WHTVR,hahahha* *pokonya yes*.

 

And, ughhh!! We have another good news, one of my cousin been working gracefully at advertising agency for several month.. *And later on*.. The question is popping out between that crispy pork belly and the gurame asam manis. *here we goooo, fasten your seatbelt!!*

The Q: So, tell me. What was your job again?

(Me+Cutie cousin): *staring each other’s eyes* *cos we know it wouldn’t be easy*

Me: *BIG SMILE* I dare you to tell it! I double dare you!! HAHAHA..

….

..

selanjutnya ga usah diceritain lah ya.. haha!!

..

 

Oh,maafkan aku jahat. But it was fun, no? hahaha.

(disclimer: none of ’em working at creative fields, so we kinda aliens to ’em. But, I bet we are an awesome aliens, aren’t we!!!) high five dolo lahhh!!!

*bersambung*

So how was your CNY??

I’M BEYOND HAPPY!!

Kurang lebih.. sudah sekitar 5 bulan rumah kami ke-‘titip’-an seorang bisu tuli. *

(Note*: Kaum difabel lebih memilih menggunakan istilah bisu/tuli daripada istilah tunarunggu/tunawicara.)

Rasinah namanya, asli Kebumen. Rasinah merupakan adik dari kerabat Ibu saya yang sebelumnya pernah kerja bareng- dulu. Di kampungnya, Rasinah dipanggil ‘Hahbah’, karena itulah suara yang dia buat ketika berusaha untuk berkomunikasi. (hahh hahh ba bahhaa~, kurang lebih gitu suaranya.)

Menurut informasi dari keluarganya, Rasinah tidak bisa mendengar sama sekali, namun sangat ingin mandiri dan gak nyusahin orang tuanya di kampung. Rasinah sudah mencoba mencari pekerjaan kesana kesini, namun karena memiliki kemampuan yang berbeda dengan kebanyakan orang, dia selalu diremehkan dan menemui jalan buntu.

Saya pribadi selalu percaya, ketika Tuhan menutup satu akses tertentu- maka sebenarnya Dia telah membuka ribuan kemungkinan akses-akses lainnya yang tidak dipahami orang biasa. Waktu itu, karena saya sempet belajar sedikit ASL (American Sign Language), saya jadi cukup PD untuk menyambut Rasinah datang. Maka, setelah berdiskusi dengan saya, Ibu saya menyanggupi menerima Rasinah untuk membantu pekerjaannya dan untuk jadi bagian di rumah kami ini.

Akhirnya, Rasinah pun datang dan ternyata kami kesulitan berkomunikasi!! Awalnya lucu, karena sama-sama ga ngerti ngomong apaan, kita keketawaan. Ternyata, jangankan ASL, Bahasa Isyarat Tangan Indonesia pun dia ga pernah tau! (Mampus) Rasinah gak pernah sekolah, karena dia dan keluarganya ga tau ada Sekolah Luar Biasa untuk anak difabel. (Hmppppf!) Kalaupun tau, mungkin mereka ga sekolahin juga karena kepentok urusan dana. : (

Bahasa yang kami pakai jadinya bahasa oral (seperti tarzan/ lagi main tebak kata pakai gestur badan gitu lah). Kesel udah pasti, karena banyak miskom, dan gak ngerti ini itu. Bermodalkan bahasa oral, sedikit demi sedikit saya ajarin dia isyarat tangan – Which is failed! But, the good news is; We might be invented new sign language; Jawa Sign Language! HAHAHAHA!! Rasinah berbahasa ibu; bahasa jawa, dan sedikit banget ngerti kosakata bahasa Indonesia. Stresss..

Kalau komunikasi pendek-pendek sampai medium (bahasa jawa), saya masih bisa ngerti lah ngedengerin cerita dia. Tapi, pernah.. Pas dia lagi homesick, terus bawaannya jadi uring-uringan ga jelas. Terus dia nyerosos panjang lebar, dan saya gak ngerti sama sekaliiii coyyyyyy! Hahha! Banyaklah cerita ngeselinnya, tapi cerita-cerita lucunya juga ga kalah banyak dan membanggakan.

Rasinah orang yang sanggat ekspresif, mungkin ada hubungannya dengan perbedaannya itu. Dia jadi ga bisa pura-pura, kalau lagi sedih dia manyunnnnn ampe berlipet-lipet. Tapi giliran lagi seneng, dia kerjanya sambil senyum lebar banget ditambah ketawa-ketawa sampe serem sendiri kami. Hahah!

Tapi.. Bukan itu intinya.

..

Hari ini saya seneng sekali!!!

Jadi.. Kita kan udah dapet infomasi dari awal kalau Rasinah gak bisa denger apa-apa. Tapi berdasarkan pengamatan kami, tiap kali anjing-anjing saya gonggong cukup heboh, Rasinah tau asalnya si sumber suara! KYAAA~!! SILVER LININGGGGG~ (Mungkin ditempat asalnya ga ada sumber suara seheboh si OraOno kali ya?) Hahah!

Nah, kebetulan.. Gak jauh di depan komplek rumah ada satu toko pemasok alat bantu pendengaran. Disana Rasinah bisa konsultasi dan diperiksa. Cusss.. Dibawa deh Rasinah kesana (sama Ibu saya).. Dan, sekarang hasilnya…

 

She. Can. Hear. Us. Now!!!

She can hear us! I’M SO HAPPY! I’M SO HAPPY! I’M SO HAPPY!

I’M BEYOND HAPPY!!!!

 

Rasinah girang banget mukanyaaaaaa!! Dia nangis. Pas ditanya; “Ada suara?”.. “Ada suara ga?” .. “Kedenger ga?”..

Rasinah kaget dan takut, bahwa ternyata jalanan itu suaranya berisik banget.

Rasinah terharu karena baru tau, kalau pohon depan rumah yang ketiup angin gede itu bisa ngeluarin suara. (Dia masih ngira itu suara angin sih, bukan suara daun ketiup) XD

Rasinah terharu, kalau dia turun tangga ternyata suaranya berisik. (Akhrinya ngerti kenapa selalu diomelin) :))

Rasinah terharu, kalau nanti tiap pagi ngebangunin saya, pintu yang diketok itu menghasilkan bunyi. (Setelah ngetokin pintu berjamaah, sekarang lagi anteng ngetokin gelas ama piring) :|

 

Rasinah terharu, suara hujan yang turun sekarang ini ternyata merdu beritme.

 

Rasinah terharu..

Untuk pertama kalinya,

Rasinah tau cara manggil orang yang dulu bersedia menerima dia jadi bagian keluarga ini; dengan panggilan..

Ibu.

 

 

Proud daughter;

Maradita Sutantio

Perjalanan Ke Timur

Perjalanan ke timur kemaren ini luar biasa!! Gua ga bisa ceritain semua lewat tulisan ini. Tapi perjalanan kemarin bener-bener sungguh-sungguh tanpa penyesalan sama sekali!

It was full of bliss in every corner.

I just go. By my self. Without any plan.

My only plan was, putting one foot in front of another.

And I did it.

 

Buat yang cukup kenal gua, pasti tau kalau gua bukan orang yang sembarang keluar rumah tanpa itinerary yang jelas. Semua terinci, semua terjadwal. Hahaha. Bahkan kalau bisa jadwal sampe jam tepatnya untuk beberapa hari kedepan udah disusun dari minggu kemaren. Memang gua serempong itu. (rempong ya bukan OCD – ga mau ngaku) XP XP XP.

Kemarin, gua cuman berbekal backpack, tujuan gua cuman Ubud, and let universe do the rest for me.

Every one I meet, keep tellin me to be carefull. HAHAHA!

Disana lembaran-lembaran kebuka sedikit-sedikit. Area abu-abu mulai sedikit terang (dan sekarang kembali abu-abu) WAKAKAK!!

Dapet sahabat-sahabat baru. Kenalan juga ama temen-temen baru yang datang entah dari belahan dunia mana- udah ga tau lagi. Gypsies, hippies, bunch of warriors – you named it. Orang-orang yang selama ini gua kira cuman dongeng dan ada di dalem Instagram aja (hahaha). Norak memang. Tapi ada!! haha..

Thanks Kak Nindi, for keep telling me to go. :)

Thanks Elpan my sharing partner selama nyasar. :P

Thanks buat Puri, dan Dinni Tresnadewi, Pa As, juga Ketut di Ubud, perjalanan kemaren bikin ketemu sahabat baru. :’)

Rudi, Levi , Rusty, Emily, and Chanyana  for amazing experiences. :’)

969c4ecc69b6be9f6008d4b8fe39442f

I don’t travel alone to get away from anyone.

I travel alone to get closer to me.

-xoxoesss-

Me: no more than just a lucky traveler.

Nada Tinggi

People don’t know how to talk to each others lately.

Kita bicara dengan nada-nada tinggi. Mudah tersinggung. Mudah tersulut.

Orang-orang masih tetap sama, permasalahan masih tetap banyak, solusi belum juga beres dilakukan.

Kita bicara dengan nada-nada tinggi. Seperti bulu-bulu kucing yang berdiri ketika merasa terserang.

Mempertahankan diri. Mempertahankan ego.

Kita bicara dengan nada-nada tinggi. Kita, tidak lagi bicara.

Always, Why.

Why this is happening to me?

Why you never hear me again?

Why you do this to me?

Why.Why. Why. It’s always why.

Help yourself would you? Replace “Why” into “How”, and please stop being selfish.

I promise, it’s going to be awesomely wonderful!!

This world would be more responsible and balance.

How this is happening to me?

How can we fix this mess?

How this things would works?

Too many “why”

can drag us into

depression.

And,

A little ‘how’

can comfort us into

consolation and gladness.

*

Disclaimer:

There’s some point.. That.. On this earth, there is one living scumbag who is always be an exception. :P *MUAHAH!!*

So, how can I help you?

-xox-

:)

Stop thinking that you’re special.

(Malam itu, waktu pergaulan santai.)

This topic came up in a flashes.

What’s wrong with our generation? We have a million of self-confidence but we mostly depressed and unhappy.

Why it is feel so depressing all the time? (You may known it by word; galau) *gezzz*

And we don’t know how to be happy.

..

My bestie answered and came up with this link:

http://www.huffingtonpost.com/wait-but-why/generation-y-unhappy_b_3930620.html

..

We have to stop thinking that we are special!

Why?

Go dig it for a wake up call from a delusional-shiny-unicorn-on-top-of-the-flowery-lawn that you always expect.

xo

This is For You

Hampir 2 bulan sejak Desember gua mulai bisnis baru dibidang makanan. Nyaris semua keluarga gua yang dari nenek berbisnis makanan. Ibu gua pun berbisnis makanan, dia bikin katering rumahan yang rasanya ajaib bikin nyaman. Selain itu doi juga bikinin keripik-keripikan oleh-oleh khas Bandung. (tsahhh)

Jadi udah ampir 2bulan ini (termasuk 3minggu libur kepotong persiapan kurasi pameran tunggal mogus), bisa dipastikan ampir 2hari sekali dalam seminggu gua ada di dapur. I’m baking ppl! (merasa kewl,haha). *GR*

Sering kali, waktu meracik-racik bahan-bahan kue, gua berimajinasi sebagai penyihir yang lagi bikin ramuan santet. (HAHAHA). Hari berikutnya gua merasa sebagai ilmuan gila yang lagi meracik ramuan buat kloning orang-orang bertubuh manusia tapi berkepala binatang. Hari berikutnya gua merasa sebagai ahli farmasi yang lagi meracik obat untuk penyakit yang belum ada obatnya; Penyakit patah hati. #EAAAAAAAAA

Patah hati bukan selalu kegiatan putus/diputusin pacar. Well, sejauh pengalaman neneng bacinto, hubungan itu ga semudah on or off.

Ngerasa ga penting, dan segala drama sekelebat berubah jadi prasangka buruk.

Kabut prasangka itu bikin mata kita ketutup. Apa yang dia tutupin? Kekurangan pada diri sendiri telah tertutup gorden ilusi. Gorden itu menutup kita dari pemandangan yang lebih besar dari sekedar jendela dan permukaan kaca.

*

And, for you.. thanks for loving me at my worst.

a lone

I live alone, entirely alone. I never speak to anyone, never; I receive nothing, I give nothing… When you live alone you no longer know what it is to tell something: the plausible disappears at the same time as the friends. You let events flow past; suddenly you see people pop up who speak and who go away, you plunge into stories without beginning or end: you make a terrible witness. But in compensation, one misses nothing, no improbability or story, each too tall to be believed in cafes.

Jean-Paul Sartre, La Nausée 

*

yah kurang lebih, begini lah yang ada diperasaan gua waktu gua nge twit:

“Rasanya, nafas ini kurang harmoni kalau nafas sendirian. Coba nafasnya berdua.. Ahh (pengep koplok!)”

atau;

“Bobok sendirian dingin eaa? Coba kalau boboknya ramean, ya minimal bedua gitu. *ehem*”

*

stay strong my little dear friend who feels lonely. basicly we are all alone. (but not lonely).

cheers :)

*

catatan: you give something, you receive more. (amen)

Single Mother

“The coolest thing about being child with single parent is; You only have to make one person proud of you”.. #hasilbelajarmalam

Ini sebutir twit gua yang menurut gua cukup keren buat dishare jadi postingan yang lebih panjang. (huh?) : D

As I said, Im the only child. Gak cuma itu, gua juga hanya punya satu orang tua, nyokap. *mendadak ada backsound lagu bunda-nya Melly goeslaw*

Jadi anak tunggal ga se-enak yang dibayangin orang, semua perhatian (baca: penyelidikan, pengamatan, pengintaian) khusus tertuju sama lu doang. Kata orang enak, semua barang jd milik lu sendiri tanpa harus giliran sama adik/ kakak lu. Berlimpah mainan, makanan, baju bagus, rumah mewah (apa sih ini?). orang-orang juga bilang katanya enak, semua warisan bakal jatoh ketangan lu semua (okeh enough).

Jadi anak tunggal, lu harus dewasa sendirian. Beruntung kalo punya anggota keluarga laen yang seumuran, sepupu misalnya. (gue kagak), kalau tumbuh dewasa bareng dan intensif sama yang seumuran bakal enak, soalnya lu punya sparing partner *istilahnya*. Lu akan disebut kurang beruntung kalau lu akhirnya menyendiri, atau gabung dipergaulan sesat dan jadi anak manja seumur hidup.

Nah, jadi ga kenal deh gua ngobrol heart to heart antara kakak beradek yang sampe sekarang gua masih penasaran rasanya kaya apa – (kesian deh gua), dan tumbuh dewasa jadi nampak sulit. Gua harus nyari referensi dari’ luar’ dan belajar (gaul) lebih banyak, setelah dapet materi, praktek-innya juga ga segampang buang ingus. Butuh effort lebih.

Beda setelah gua kenal yang namanya sekolah (dunia luar rumah), kenal ibu guru, dan  banyak temen-temen sebaya (dilingkungan rumah ga terlalu banyak anak kecil yang ‘asik’ hehe). Gua mulai nemuin komusitas yang punya problem serupa, orang-orang yang punya minat yang sama, viola! masalah pun kerasa lebih ringan dan gua berenti ngangap kalau hidup gua yang paling sinetron. : P

Setelah merasa punya dasar ilmu kehidupan (tsah elahhhh -__-), gua pun mikir lagi, apa yang bisa gua kasih balik ke nyokap gua. Apa yang harus gua lakuin hanya demi bikin ibu gua bangga? Untungnya… dengan hanya punya satu orang tua (ibu), beban gua jadi lebih sedikit dibanding temen-temen yang punya orang tua lengkap (bahkan double, kawin lagi – misalnya).

Gua hanya perlu bikin bangga satu orang, itu aja. (phewww..) I’m on my way to make my mom proud.

*

Nah, demikian juga dengan Negara kita Indonesia. Kita beruntung  kita cuma punya satu orang tua, Ibu Pertiwi namanya. (ga ada kan bapak nusantara? Ga ada kan??)

*Dan kalau lu mau bawa permasalahan ini jadi permasalahan yang lebih global, gua kenalin elu semua sama ibu kita yang lainnya, mother earth.* so, if I can say, yes we’re lucky.

Seperti yang lu semua sering keluhin soal Negara kita, Indonesia kacau nyaris ga ketolongan. Tapi seperti cerita gua sebelumnya, kalau kita berusaha belajar sendirian, kita pasti hopeless, desperate sampe mau loncat dari jendela buat ngebela sesuatu yang kita sebut dunia ideal.

PR kita sekarang adalah, cari referensi dari anggota keluarga lain buat bikin ibu kita bangga.

Yeah we can do it, kita semua bersaudara bukan?

Teriakkkk, ada kecoak!

..

dan jika menjadi perempuan berarti harus teriak histeris ketika ada kecoak lewat..
atau;

jika menjadi perempuan berarti harus teriak sangat histeris ketika mati lampu..
dan atau;

jika menjadi perempuan berarti harus teriak teramat sangat histeris ketika angin mengibas dan bermain dengan rambutnya..
dan atau;

jika menjadi perempuan harus teriak-teriak mulu..
gelisah ketika tidak bercermin untuk sekedar beberapa menit saja..
merasa asing ketika harus berjalan seorang diri..

jika menjadi perempuan berarti terus berharap diselamatkan pangeran berkuda putih dan menunggu di balik kastil..
atau ketika;

merasa dunia berputar dan dirinya yang menjadi poros rotasi bumi.

jika menjadi perempuan berarti harus terlihat manis, tak berdaya, dan nampak pirang..
lebih baik aku tak berkelamin.